Minggu, 24 Februari 2013

Butterfly in Love: Kisah Rasulullah

Butterfly in Love: Kisah Rasulullah: AKU PUNYA AYAH LAGI            Hari Raya Idul Fitri telah tiba. Umat Islam di madinah merayakan hari bahagia itu dengan mengumandan...

Kisah Rasulullah

AKU PUNYA AYAH LAGI



           Hari Raya Idul Fitri telah tiba. Umat Islam di madinah merayakan hari bahagia itu dengan mengumandangkan takbir dan tahmid. Mereka telah memenangkan perang melawan hawa nafsu; sebulan suntuk mereka telah menjalankan ibadah puasa Ramadhan.
            Dengan pakaian yang paling bagus Nabi bergegas berangkat dari rumahnya menuju ke lapangan untuk menunaikan shalat jamaah Idul Fitri. Masyarakat telah berjejal menunggu kedatangan Rasulullah.
            Di sepanjang jalan anak - anak kecil berlarian dengan suka cita karena Lebaran telah tiba. Pakaian mereka bagus - bagus, dan wajah mereka cerah semuanya. Tidak ada yang berduka cita. Hari itu adalah hari gembira.
           Akan tetapi alangkah herannya Nabi tatkala menyaksikan di sudut sebuah bangunan tua, seorang anak kecil berpakaian butut tengah duduk menghadap dinding seraya menangis tersedu - sedu.
           Nabi mendatangi anak itu, lalu bertanya "Hai, anakku, mengapa engkau menangis sendirian pada hari di saat kita sedang bergembira ria?"
           Anak kecil itu tanpa menoleh untuk melihat siapa yang bertanya, llangsung menjawab,"Bagaimana tidak menangis, mereka punya pakaian baru sedang aku tidak."
          Nabi tercekat hatinya. "Jadi, mengapa engkau tidak berganti pakaian dan bermain - main dengan kawan - kawan sebayamu?"
          "Mereka tidak mau aku berdekat - dekat sebab pakaianku jorok dan compang camping. Dulu waktu aku masih punya ayah, tiap Hari Raya aku juga mengenakan pakaian baru, perutku kenyang, uangku banyak."
          "Ayahmu kemana, Nak?"
         "Ayahku sudah meninggal. Ibuku sudah kawin lagi. Dan nasibku tersia - sia sebab harta peninggalan ayahku dihabiskan oleh ayah tiriku."
         Nabi tercenung, lalu ia berkata, "Anakku, seandainya Fatimah jadi kakakmu, Ali bin Abi Thalib jadi abangmu, Hasan dan Husain jadi saudaramu, dan aku jadi ayahmu, apakah engkau suka?"
         Anak itu terperanjat. Ia berpikir, jangan - jangan berdiri di dekatnya adalah Rasulullah. Maka cepat - cepat ia menengok. Setelah nyata siapa yang tadi berkata begitu ia pun berseru gembira, "Tentu saja saya senang, ya Rasulullah," sambil memeluk erat kaki Nabi.
         Maka oleh Nabi anak itu digendongnya dan dibawanya kembali ke rumah. Rasulullah memberinya gamis kecil kepada anak yatim itu, lalu memberinya sarapan pagi dan sejumlah uang. Setelah dilepasnya anak itu bermain - main, barulah rasulullah meneruskan niatnya menuju ke lapangan untuk menjalankan shalat sunnah Idul Fitri bersama segenap penduduk Madinah.
         Anak kecil itu tertawa dengan riang tertawa - tawa mendatangi kawan - kawannya yang sedang asyik bersuka ria. Mereka keheranan melihatnya sekarang tertawa gembira , padahal belum lama tadi masih menangis tersedu - sedu. Maka salah seorang di antara mereka bertanya ingin tahu, "Hai, aneh betul kau. Tadi menangis, kini tertawa. Ada apa?"
         Anak yatim itu menyahut bangga, "Tadi aku menangis karena tadi aku lapar. Sekarang aku tertawa karena aku kini kenyang. Tadi aku menangis karena tadi aku tidak punya pakaian bagus. Kini pakaianku indah dan masih baru. Juga kini aku punya uuang banyak. Tadi aku menangis karena tidak punya ayah. Sekarang aku tertawa karena aku sekarang punya ayah."
         "Heran. Dapat ayah ddarimana kau? Siapa ayahmu sekarang?"
         "Karena ayah kandungku sudah meninggal, maka Rasulullah mengangkatku jadi anak. Rasulullah adalah ayahku sekarang," jawab anak itu penuh rasa bahagia.
          Kawan - kawannya semua berubah jadi kecewa dan iri hati. Mereka serempak berkata, "yah, coba ayah kita sudah mati, kita pun bakal punya ayah Rasulullah seperti dia."

Dikutip dari : 30 kisah teladan 1, K.H Abdurrahman Arroisi.